CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

2/14/2009

Chapter 18: Membuka Tabir Valentine (3)


SEJARAH VALENTINE’S DAY

Ensiklopedi Katholik (1998) menyebutkan tiga versi tentang valentine, versi terkenal adalah kisah pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke-3 M di zaman Raja Romawi Cladius II. Pada tanggal 14 Februari, Cladius II

menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya. Cladius II melihat St. Valentine mengajak manusia kepada agama Nasrani, sehingga akhirnya ia memerintahkan pengawalnya untuk menangkapnya.

Dari versi kedua, Cladius II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah, yang sejak semula menolak untuk ikut berperang. Maka ia mengeluarkan perintah yang melarang adanya pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah ini dan terus mengadakan pernikahan di gereja secara sembunyi-sembunyi sampai ia akhirnya diketahui hingga akhirnya dipenjarakan. Dalam penjara ia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan “Dari yang tulus cintanya, Valentine”. Ini terjadi setelah anak itu memeluk agama Nasrani bersama dengan 46 kerabatnya.

Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nasrani tersebar di Eropa, di salah satu desa yang memiliki sebuah tradisi Romawi yang dapat menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan nama gadis yang keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan dengan nama Tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini. Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat “dengan nama Tuhan Ibu” menjadi kalimat dengan nama pendeta Valentine, sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani.

Ken Swinger dalam artikelnya Should Biblical Christians Observe It ? mengatakan kata Valentine berasal dari bahasa latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukkan kepada Nimroe dan Lupercus, Tuhan Orang Romawi. Sehingga sadar atau tidak ketika kita berkata kepada seseorang dan memintanya to be my Valentine, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi Sang Maha Kuasa. Jelas perbutan ini merupakan kesyirikan yang besar menyamakan makhluk dengan Sang Khalik.

0 komentar:


(Ki) Aku/Rio dan (Ka) Gede